Balige, Di Selatan Danau Toba


Saya pernah mampir ke kota ini sebelumnya. Ingat kunjungan singkat saya ke T.B. Silalahi Center dan Makam Sisingamangaraja XII di Soposurung, Pagar Batu? Itu adalah tepian kota Balige. Saya sendiri baru mampir di Balige ketika beranjak dari Tarutung menuju Parapat. Sayangnya, saya nggak berhenti karena saya tidak memiliki tempat yang ingin dituju di Balige ini. Saya harus cepat karena waktu liburan saya tinggal tiga hari lagi. hiks.
Balige adalah Ibukota dari Kabupaten Toba Samosir. Posisi kota ini terletak di bagian selatan Danau Toba. Buat saya sich menarik ya, saking lebarnya danau ini (percaya dech, buat yang belum pernah berkunjung, danau ini adalah satu dari banyak tempat di dunia yang wajibbbb banget kalian kunjungi. Buat yang memiliki waktu lebih panjang, boleh dech coba sambangi kota-kota di tepiannya), kota-kota yang mengelilingi juga banyak. Percaya atau tidak, setiap kota memiliki rasanya tersendiri. Adapun kota yang terletak di tepian Danau Toba antara lain : Parapat dan Ajibata di timur (pengunjung biasanya banyak bertandang kesini), Balige dan Muara di selatan, Pangururan di barat, Bakkara di barat daya, Tongging di utara, Silalahi di barat laut, Nainggolan di timur laut (konon pada era 1980an, Nainggolan dinobatkan sebagai kota paling cantik alias 'picturesque' mengutip istilahnya Lonely Planet atau Foot Prints untuk menggambarkan kecantikannya kala itu), dan Porsea serta Laguboti di sisi tenggara. Percayalah, setiap kota menawarkan kecantikan dan hawa yang berbeda. Dari sudut pusat Kota Balige, mungkin tepian danau ini tidak terlihat jelas. Namun, dari tepian wilayah Pagar Batu, danau cantik ini terlihat sangat jelas. Dipadu dengan ladang jagung yang menguning, nuansa unik seketika tercipta. Yang khas dari Kota Balige adalah pasar tradisionalnya (bahasa Batak Pasar=Onan) yang berupa deretan rumah adat khas Batak. Sayang, saya nggak dapat kesempatan untuk memotretnya secara utuh lantaran kendaraan saya hanya melintas cepat di wilayah pusat kota.
Balige bisa jadi terkenal karena Sisingamangaraja XII yang dimakamkan disini. Selain itu, T.B Silalahi Center yang berpusat di kota ini juga turut mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan ke kota ini (Ada lho rombongan bule naik motor entah dari mana yang berkunjung ke T.B. Silalahi Center di siang bolong-menurut saya sich mereka naik motor gede tersebut dari Parapat-). Selain kedua hal tersebut, menurut saya tingkat kunjungan ke Balige juga didongkrak berkat Huta Tinggi, pusatnya agama Malim, agama tradisional yang masih banyak dianut oleh banyak sekali Orang Batak. Sayangnya, waktu tempuh hingga enam jam dengan kendaraan pribadi atau carteran (nggak kebayang dech kalau naik angkutan umum sepotong-potong), mungkin sudah akan membuat malas orang berkunjung ke Balige. T.B. Silalahi Center-nya sich sangat bagus untuk memperkenalkan orang luar tentang budaya Batak. Sayangnya, ketika wisatawan baru pertama kali berkunjung ke Sumatera Utara, mereka umumnya akan kaget dengan jarak tempuh antar kota dan antar objek wisata yang berjauhan. Sebagai gambaran, jarak tempuh satu jam lebih hingga dua jam untuk menuju objek wisata sebenarnya sudah terbilang cukup jauh untuk wisatawan yang umumnya berasal dari Jawa. Maklum, objek wisata di wilayah Jawa tuh dekat-dekat dan berdempetan, beda dengan di Tano Batak ini. Maka dari itu, nggak heran kalau banyak wisatawan kaget ketika waktu tempuh mencapai pinggiran Danau Toba (entah Tongging atau Parapat) mencapai empat jam lamanya, apalagi ketika mencapai Balige yang bisa enam jam di perjalanan! Belum lagi Pulau Samosir, Air Terjun Sipiso-Piso, Pematang Siantar hingga Brastagi sudah memuaskan indera sang tamu akan budaya Batak, untuk wisatawan berdurasi sebentar, ada kemungkinan besar Balige tidak akan disinggahi. Ditambah lagi wisatawan juga ingin berkeliling Kota Medan untuk melihat Istana Maimun, Masjid Raya Medan, Tjong A Fie Mansion, hingga Merdeka Square dan mencicipi kuliner khas Medan. Habislah waktu liburan mereka di Sumatera Utara yang rata-rata hanya berdurasi 3-4 hari lamanya.  Memang sich, Toba Samosir memiliki bandar udara di Sibisa, wilayah Ajibata. Namun, apakah anda yakin soal kepastian pesawat terbang yang akan membawa anda dari Medan menuju Sibisa? Belum lagi soal harga tiketnya yang bisa jadi mahal, malah mungkin saja menyaingi harga tiket Jakarta - Medan.
Saya sendiri walaupun hanya melewati sekilas, namun cukup terhibur juga ketika melihat banyak sekali monumen di kota ini yang bertujuan untuk menghormati leluhur, pahlawan atau ingin memperingati sesuatu. Bagi yang punya waktu lebih, saya sangat sangat merekomendasikan T.B. Silalahi Center di barat kota untuk dikunjungi. Percaya dech, museum ini adalah museum Batak terbaik, bukan hanya di Balige, namun juga di seluruh Sumatera Utara, bahkan Indonesia. Sembari ke T.B. Silalahi Center, jangan lupa untuk menyambangi Huta Tinggi untuk melihat adat Parmalim yang masih kental, siapa tahu ketika anda datang sedang ada perayaan misalnya Pamaleon Bolon (Perayaan Besar) di Sipaha Lima (Bulan Kelima Kalender Batak), bentuk syukur Umat Parmalim kepada Debata Mulajadi Nabolon (Tuhan) atas rejeki dan segala rahmat yang Ia berikan. Yuk, mampir ke Balige!




0 komentar:

Post a Comment